Sabtu, 19 Juni 2010

Boy in My Dreams
Oleh: Rosita Dewi


Sudah tiga hari ini Sandra bermimpi tentang hal yang sama, terus-menerus dan selalu berulang setiap malam. Dalam mimpinya itu, ia melihat Richie tersenyum dan memberikan sekuntum mawar merah kepadanya.
“Cuma mimpi kan?”, Sisy sahabatnya berkata tak acuh, matanya tak beralih dari novel yang ia baca.
“Tapi mimpinya selalu berulang, Si…”, potong Sandra cepat. “Ini pasti bertanda”, gumamnya lagi.
Sisi hanya tersenyum tipis, “Iya deh, terserah Lo”, katanya pelan. “Aku kan udah bilang kalo itu….cuma….mimpi…, kalo beneran nggak mungkin, ngomong bareng Richie aja Lo nggak pernah…sekarang Lo pasti berharap kalo itu bakal jadi kenyataan kan?” tambah Sisy.
Sandra langsung cemberut, tapi apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu nggak salah-salah amat. Walau sudah dua tahun sekelas dengan cowok terpopuler di SMA mereka itu, Sandra belum pernah diajak ngomong sama Richie, malah sering ia mendapat kesan kalau cowok yang punya face secakep David Beckham itu ogah ngobrol dengannya, padahal kalo diperhatiin tampang Sandra nggak jelek-jelek amat, malah banyak yang bilang Sandra itu manis dan imut walau nggak secantik Thalita cewek idola di sekolah mereka.
“Tapi aku percaya itu pasti akan terjadi”, Sandra berkata pelan, nyaris tak terdengar.
“Sisy disebelahnya tertawa geli, “Iya pasti deh…tapi tunggu ntar malem aja ya, Lo cuci kaki dan berdoa supaya dalam mimpi Lo, si Richie dateng bawain Lo sekuntum mawar merah….eh tanggung sebuket sekalian…aduhhh”, cubitan kecil menghentikan ejekan Sisy. Sandra tersenyum puas, “Syukurin”, katanya dalam hati. Tiba-tiba ia melihat Richie melintas di depan mejanya dan nggak seperti biasanya, kali ini cowok itu menatapnya dan tersenyum. Sandra hanya bisa terpaku tak percaya.
Sudah seminggu tapi mimpi itu masih hadir setiap malam dalam tidur Sandra. Richie selalu datang membawakan bunga mawar untuknya, namun kali ini tidak hanya sekuntum namun satu rangkaian besar yang terdiri dari puluhan bunga mawar merah.
“Ngelamun ya?”, Niken adiknya berkata sambil melompat ke atas tempat tidur.
“Ngelamunin pangeran yang ngasih bunga mawar merah buat Mbak ya?”, goda Niken gencar.
Sandra tersenyum kecut, “Nggaaakk mimpi kok…”
“Eh…ada lagi…”, Niken tersenyum ceria.
“Ini mawar-mawarnya, semuanya buat Mbak”, cewek ABG itu menyodorkan serangkaian buket mawar merah yang tersusun indah sekali. Sandra terperanjat tak percaya matanya melebar dan bibirnya melongo.
“Dari siapa?”, katanya seraya mengambil bunga itu dari tangan adiknya lalu mencium mawar-mawar merah itu sambil tersenyum, hatinya berbunga-bunga.
“Cowok”, sahut Niken singkat.
“Iya tau, pasti cowok…”, katanya gondok.
“Emang aku pernah dikirim bungan sama cewek apa”, omelnya lagi. Sang adik yang memang usil bukan main itu hanya tersenyum lebar. “Siapa…?”, tanyanya tak sabar.
“Ngakunya sih Richie…kenal nggak Lo?”, Niken bertanya pada sang kakak.
“Oh My God….!!!”, Sandra menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menunjuk ekspresi tak percaya. “Siapa yang nganterin?” tanyanya.
“Dia sendiri”, Niken melompat dari tempat tidur.
“Kenapa nggak bilang dari tadi”, teriak Sandra grogi.
“Sekarang aku harus gimana dong…? Duh mana belom mandi lagi”, ia berkata gugup. “Aku nervous berat nih…”, Niken tertawa geli melihat kelakuan sang kakak yang lari kesana kemari mencari handuknya.
“Udah tenang aja, orangnya udah balik kok”, seru Niken. Sandra menatap gondok pada sang adik. “Kenapa nggak bilang dari tadi…?”, omelnya sewot.
“Gue seneng kalo ngeliat Lo lagi nervous gitu”, jawab Niken.
“Trus dia pesan apa buat aku?”, tanyanya cepat. Niken nyengir seraya bangkit dari tempat tidur sang kakak. “Besok pagi mau ngajak Lo pergi sekolah bareng, dijemput jam tujuh pas….”, Niken membuka pintu kamar dan keluar dari kamar Sandra. “Jangan kesiangan, terus jangan lupa mandi!” teriaknya sambil tertawa usil. Sandra mencibir lalu tersenyum, “ Jangan khawatir aku nggak bakal tidur semaleman”, ia bales berteriak.
Benar saja keesokan harinya Richie sudah muncul di depan pintu rumah Sandra tepat jam tujuh pagi, tetap cakep dan tersenyum mempesona. Sandra dan Niken menatapnya dengan pandangan terkagum-kagum.
“Udah siap?”, tanyanya sopan. Sandra hanya mengangguk, mata Richie beralih pada Niken, “Mau barengan?” katanya mengajak.
Niken menggeleng cepat, takut dipelototin oleh sang kakak yang tentu aja nggak rela diganggu oleh malaikat seimut dia. “Niken masuk siang mas,” katanya menambahi.
Richie tersenyum manis, “Ya udah, kalau gitu kami berangkat dulu ya”, katanya berpamitan sambil mengapit lengan Sandra yang langsung deg-degan hebat, dituntunnya cewek imut itu ke sedan lancernya dan membukakan pintu agar Sandra bisa masuk ke mobil dan kemudian membawa keduanya melaju menuju ke arah sekolah mereka.
“Kamu pasti mau tau kenapa aku jadi bersikap kayak gini sama kamu”, Richie membuka pembicaraan. Matanya melirik sekilas pada Sandra yang termangu-mangu. “Aku yang cuek sama kamu tiba-tiba mendekati kamu”, sampai disitu Richie berhenti menunggu Sandra bicara namun cewek itu tetap diam dan termangu.
“Kamu hitung nggak jumlah tangkai bunga yang aku kirim?”, Richie bertanya lagi.
Kali ini Sandra menoleh ke arah cowok cakep itu, “Seratus sembilan tangkai, memangnya kenapa?”, Sandra balik bertanya.
Richie menghela nafas perlahan kemudian berkata tenang namun sangat berarti, “Itu sebanyak jumlah hari waktu aku mengumpulkan keberanian buat memberikan mawar-mawar itu sama kamu”.
Sandra menatap Richie tak percaya. Richie menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan raya, kemudian memiringkan punggungnya untuk menatap gadis disampingnya itu, “Sudah lama banget aku suka sama kamu”.
Sekali lagi Sandra menatap dengan pandangan tak percaya bercampur kaget. Mata elang yang selama ini selalu menghindar bila bertemu pandang dengan mata yang kali ini menatapnya dengan pandangan penuh kasih sayang bercampur dengan ketulusan. Sandra memalingkan pandangan ke arah lain. “Lalu…?”, ujarnya pelan. “Kenapa kemarin kamu nggak ngasih bunganya langsung ke aku?”, tanya Sandra.
“Soalnya aku nggak yakin kamu mau nerimanya”, jawab Richie cepat.
“Terus kenapa sekarang kamu ngajakin aku pergi bareng ke sekolah?”, tanya Sandra lagi sambil balik lagi menatap Richie.
Cowok putih cakep itu tersenyum manis, “Aku pengen mulai bersahabat dengan kamu, itu kalo kamu nggak suka dengan mawar yang kemaren aku kasih”.
Sandra tertawa kecil, “Padahal setiap malem selama seminggu ini aku selalu mimpi kamu ngasih aku bunga mawar langsung nggak pake via Niken…”, ujar Sandra.
“Iya deh…”, kata Richie sambil cepat-cepat mengambil sesuatu dari jok belakang mobilnya. “Ini buat kamu”, ia mencoba menyodorkan setangkai mawar merah buat Sandra. “Langsung dari aku nggak pake kurir lagi”, katanya sambil tersenyum lebar.
Sandra menerimanya dengan hati berbunga-bunga. “Makasih”, ucapnya sambil menatap Richie dengan pandangan bahagia. “Mawar merah biasanya diberikan oleh cowok cuma buat pacarnya lo”, tambahnya lagi.
“Tau”, sahut Richie sabar, sambil kembali menjalankan mobilnya. “Memangnya kamu bukan pacar aku?”, godanya jahil, keduanya tertawa bahagia.
Hari ini Sandra benar-benar bahagia, cowok dalam mimpi yang memberikan bunga mawar merah itu adalah cowok yang sudah lama ia impikan. Ia sangat ingin melihat ekspresi wajah Sisy saat melihat dirinya berhasil membuat cowok yang ia impikan memberikan mawar dan melangkah disampingnya.
Sejak saat itu, Sandra dan Richie resmi jadian. Dan mereka menjadi pasangan kekasih yang sangat bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar